Kisah Miris Siswa Kampung Teluk Semanting, Bergantian Tempuh Jarak 10 KM Naik Pick Up

Rimbanusa.id – Dunia pendidikan Kalimantan Timur tak pernah kekurangan kisah miris. Teranyar datang dari Kampung Teluk Semanting, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau.

DIBALIK esksotika Pulau Derawan, ada persoalan serius yang terjadi di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di sana. Tepatnya di Rukun Tetangga 03, Kampung Teluk Semanting. Persoalan ini sendiri sebenarnya kerap terdengar di Musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat kecamatan. Namun tak kunjung diselesaikan selama bertahun-tahun.

Masalah utama para siswa di SD dan SMP tersebut adalah transportasi. Bayangkan saja, saban hari, mereka harus menempuh jarak sekira 10 kilometer lebih menuju sekolah masing-masing.

Jamaludin, Ketua Badan Permusyawaratan Kampung Teluk Semanting menceritakan, duku para siswa diantar menggunakan motor. Namun saat ini, mereka diantar ke sekolah menggunakan pick up. Mobil itu sendiri disewa menggunakan Anggaran Dana Kampung.

Kehadiran mobil pick up tentu saja tak menyelesaikan masalah. Pasalnya, pick up yang digunakan tak mampu menampung jumlah para siswa yang diantar ke sekolah dalam sekali jalan. Pick up yang digunakan, urai Jamaludin, hanya memuat 30 siswa untuk sekali jalan. Makanya, saat mereka tiba di sekolah, para siswa sudah ketinggalan pelajaran.

“Karena itu, setiap hari para pelajar tersebut harus antre dan menunggu giliran menuju sekolah,” katanya, saat ditemui media ini usai Musrenbang Kecamatan Pulau Derawan, Senin 6 Maret 2023.

Masalah lainnya, perjalanan menuju sekolah memakan waktu lebih lama. Kata Jamaludin, jalan yang dilalui belum diaspal seluruhnya. Akibatnya, para siswa sering terlambat mengikuti pelajaran di sekolah. “Dua kali diantre dalam sehari, sehingga anak kami kadang jam 9 atau jam 10 baru sampai,” akunya.

Untuk mengatasi masalah itu, kata Jamaludin, sudah ada usulan pengadaan bus sekolah di Musrenbang kampung. Sayangnya, usulan itu nampak sia-sia lantaran biaya yang dibutuhkan tinggi.

Jamaludin pun sudah meminta perusahaan sawit yang beroperasi di wilayah itu untuk membantu pengadaan bus sekolah tersebut. “Sayangnya, hingga hari ini belum ada jawaban,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Penelitian, dan Pengembangan Berau, Nanang Bakran, menegaskan bahwa kendaraan yang diminta sudah ada pembicaran dengan pihak perusahaan. Saat bertemu di Kantor Bapelitbang, pihak perusahaan yang bekerja di Teluk Semanting pun sudah bersedia untuk membantu.

Pasalnya, bus ini lebih dibutuhkan daripada mobil pick yang penggunaannya sudah dilarang oleh pihak kepolisian. “Karena anak-anak tidak akan aman. Nanti kami akan koordinasi lagi dengan pihak perusahaan,” tukasnya. (*)

Penulis: Christian

Editor: Faisal Rahman