Borneo Craft Indonesia punya terobosan dalam industri batik Kalimantan Timur. Mereka menggunakan lilin dingin untuk membatik dengan bahan ramah lingkungan.
LILIN dingin yang dibuat Syahril Darmawie, owner Borneo Craft Indonesia, cukup berbeda dengan lilin dingin yang banyak digunakan di Tanah Air. Di Pulau Jawa –contohnya– lilin dingin ada yang menggunakan bubuk gutha tamarin halus. Bahan tersebut diperoleh dari biji buah asam.
Proses pembuatan lilin malam ini cukup mencampur bubuk gutha tamarin tersebut dengan menggunakan air panas dan sedikit minyak nabati. Setelah itu, semua bahan yang telah tercampur tersebut diaduk sampai mengental dan menjadi pasta.
Nah, lilin malam buatan Syahril Darmawie lebih sederhana lagi. Musababnya karena menggunakan pelbagai bahan-bahan yang dapat ditemukan di dapur rumah. Yakni campuran dari tepung kanji, tepung ketan, mentega, garam, hingga gula merah.
“Lilin dingin ini zero limbah, dan sudah dipatenkan (hak intelektual, Red.) di Kemenkumham (Kementerian Hukum dan Hak Azasi Mnausia, Red.),” tegas Syahril Darmawie saat ditemui di event “Wonderful East Borneo” yang berlangsung di lobi ballroom Mercure Hotel, Kota Samarinda, Kamis 5 Juni 2023, kemarin.
Dalam penggunaannya, lilin dingin ala Borneo Craft Indonesia ini merupakan alternatif pengganti bahan dasar lilin dalam teknik membatik tradisional. “Prosesnya tidak perlu memanaskan lilin, seperti pembuatan batik pada umumnya,” ucapnya.
Kendati begitu, ketika diimplementasikan ke kain, prosesnya tak jauh berbeda dengan pembuatan batik tradisional. Mulanya, kain digambar menggunakan pola yang diinginkan. Selanjutnya adalah proses canting dan pewarnaan atau colet.
Disamping itu, bicara kualitas, hasil lilin dingin diklaim lebih sempurna dibanding lilin malam. Pasalnya, lilin dingin bisa diaplikasikan dalam semua bahan kain. Bahkan, lilin dingin bahkan bisa diaplikasikan ke dalam busana yang sudah jadi. Meskipun sebagian besar hasilnya dijual, di Borneo Craft Indonesia sendiri, penggunaan lilin dingin banyak diperuntukkan untuk mereka yang baru belajar membatik.
“Lilin dingin ini tidak ada limbah. Tapi kalau lilin panas ada limbah karena memakai kimia untuk meluruskan (warna). Lilin dingin ini tidak ada limbah karena bahannya dari makanan yang kita makan sehari-hari. Itulah bedanya teknologi lilin dingin dengan lilin panas, ” bebernya. (fai)