Lilin Dingin, Bahan Batik Tulis Kaltim yang Berasal dari Bumbu Dapur (2-Habis)

Syahril Darmawie, owner Borneo Craft Indonesia, saat menunjukkan lilin dingin yang diciptakannya. (Foto: Faisal Rahman)

Dibuat di atas sutra merah muda tua, batik semi tulis itu dibanderol dengan harga tak biasa; Rp 25 juta!

BUSANA itu tampak berbeda dengan busana lain yang dipajang di lobi ballroom Mercure Hotel, Kota Samarinda, Kamis 5 Juni 2023, kemarin. Motif khas Kalimatan tergurat sempurna di seluruh bagiannya. Tampak pula selendang dengan panjang sekira 1 meter yang menjadi pelengkap.

Busana yang ditampilkan menggunakan mannequin itu memang hanya satu. Namun, menurut sang pembuat, Syahril Darmawie –owner Borneo Craft Indonesia– busana ini dibuat Sarimbit.

Dalam bahasa suku Jawa berarti “satu pasang” atau bisa pula disebut “pasangan”. Sementara dalam bahasa suku Sunda berarti “sekeluarga”. Makanya, busana itu dibuat untuk satu keluarga. Terdiri dari ayah, ibu, dan anak. “Semua dibuat beserta selendangnya,” ucap Syahril Darmawie.

Batik Sarimbit sendiri merupakan jenis batik yang dijual berpasangan untuk dipakai berpasangan pula, biasanya oleh suami istri. Pasangan batik tersebut juga memiliki kesamaan dari segi corak atau warna. Hal ini pula yang tampak pada karya batik buatan Borneo Craft Indonesia.

Menurut Syahril Darmawie, mahalnya batik Sarimbit ini karena beberapa hal. Pertama proses pembuatannya yang rumit. Menggunakan teknik batik semi tulis, Syahril Darmawie mengombinasikan antara batik tulis tangan serta batik cap.

Makanya, setelah sebagian kain digurat dengan canting cap –copper plate stamp– serta pencelupan bahan pewarna, kain kemudian digambar balik dengan canting tangan –wax– untuk meningkatkan detil pada motif batik cap lebih dahulu.

Kedua, bahan yang digunakan. Sutera yang digunakan ternyata bukan dari dalam negeri. Melainkan dari Tiongkok. Kelebihannya, bahan ini terasa dingin di kulit ketika digunakan. Bahkan saat cuaca panas. Ketiga, batik Sarimbit ini hanya dibuat satu dan tidak diprosuksi massal. “Ini limited edition,” ungkapnya.

Syahril Darmawie menjelaskan, batik pada dasarnya berasal dari Pulau Jawa. “Semua batik sama semua,” tegasnya.

Perbedaan mendasarnya, urai Syahril Darmawie, terletak pada motif. Di Borneo Craft Indonesia, batik yang dibuat mengangkat tema kearifan lokal. Mulai dari motif pelbagai macam suku Dayak, motif hewan-hewan endemik Kalimantan, hingga lainnya.

“Kaltim memiliki ciri khas kearifan lokal. Karena banyak etnik di sini. Ada Batik Kenyah, Dayak Bentian dan lain-lain, yang masing-masing sudah mempunyai ornamen dan gambar serta filosofi,” bebernya.

Khusus untuk batik Kota Samarinda sendiri, Borneo Craft Indonesia kerap menampilkan ikon tertentu seperti ikan pesut, batubara, Jembatan Mahakam Kota atau Mahkota, serta pohon sawit. “Saat diaplikasikan di kain, motif-motif ini digunakan dengan varian warna,” tukasnya. (fai)