Kampung Kajang Sangatta adalah salah satu kampung adat yang ada di Sangatta Selatan, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Berlokasi di tepi sungai Sangatta, kampung ini dahulu terkenal sebagai wilayah lokalisasi.
Jauh sebelum dicap sebagai daerah yang terkenal dengan lokalisasinya, kampung ini hanya dihuni oleh tak lebih dari 10 keluarga. Hanya masyarakat pribumi yakni suku Kutai lah yang mendiami wilayah tersebut. Lantas, Kampung Kajang bisa berkembang dengan pesat?
Sejarah Kampung Kajang Sangatta
Kampung Kajang terletak di Kelurahan Singa Geweh. Pada mulanya, sekitar tahun 1970 – 1980an, kampung ini lebih dikenal dengan nama Sendawar. Penduduknya merupakan warga lokal yang berasal dari suku Kutai, Kalimantan Timur.
Tak banyak yang tinggal di kampung yang posisinya berada di sisi sungai Sangatta itu. Hanya kurang lebih 10 keluarga tinggal di sana dan memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin nipah.
Nipah sendiri merupakan tumbuhan yang sejenis dengan palem yang tumbuh subur di daerah kampung tersebut. Pohonnya banyak dimanfaatkan untuk membuat atap, anyaman, sapu dan peralatan rumah tangga lainnya.
Membuat nipah ini disebut juga dengan kajang. Inilah asal muasal nama Kampung Kajang yang kita kenal hingga sekarang. Sebenarnya, tak hanya pengrajin nipah saja, masyarakat kampung setempat juga bekerja sebagai petani maupun nelayan.
Pergeseran Pandangan Masyarakat Terhadap Kampung Kajang
Lokalisasi di Kampung Kajang Sangatta membuat pandangan masyarakat terhadap wilayah kampung ini berubah. Orang-orang yang tadinya mengenal kampung tersebut sebagai tempat para pengrajin nipah, bergeser menjadi kampung tempat lokalisasi.
Padahal, wilayah lokalisasi awalnya berada di Dusun Masabang, Kecamatan Sangatta Selatan. Namun, padatnya penduduk di wilayah sana membuat sebagian PSK berpindah ke Kampung Kajang. Sejak saat itulah, kampung ini juga dikenal dengan area lokalisasinya.
Meski demikian, tak semua penduduk bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial. Banyak juga masyarakat yang bekerja sebagai pedagang, petani, buruh, hingga pekerja tambang.
Lokalisasi yang Sering Terbakar
Tercatat sudah lima kali terjadi kebakaran di wilayah lokalisasi Kampung Kajang, sejak tahun 1980. Meskipun demikian, masyarakat kembali membangun wilayah tersebut lagi dan lagi. Hingga akhirnya, pemukiman tersebut pun semakin dipadati penduduk juga.
Dari yang mulanya hanya 10 keluarga di tahun 1970-1980an, jumlahnya semakin bertambah hingga lebih dari 25.000 penduduk di tahun ini. Sejak tahun 2013, pemerintah setempat berusaha untuk meniadakan lokalisasi di Kampung Kajang.
Namun, upaya ini mengalami kendala sebab tidak ada solusi yang jelas ke mana pemindahan akan dilakukan. Hal ini berujung pada kafe-kafe, atau tempat karaoke yang muncul lagi sebagai tempat lokalisasi.
Upaya Pemerintah dalam Menutup Lokalisasi di Kampung Kajang
Masyarakat kampung yang dihubungkan dengan wilayah lain melalui jembatan Kampung Kajang Sangatta ini, tak terima jika daerah tempat tinggalnya dikenal sebagai area prostitusi. Sebagian tokoh masyarakat pun menuntut pemerintah untuk menutup dan mensterilkan area tersebut.
Tentunya pemerintah pun terus berupaya mencari win-win solution bagi masyarakat setempat. Salah satu program yang dilakukan untuk penutupan lokalisasi Kampung Kajang adalah memfokuskan pada revitalisasi kawasan dan pengembangan potensi lokal di Kampung Kajang.
Upaya lainnya adalah dengan mengambil langkah inklusif seperti menyediakan sarana pendidikan, keterampilan dan bantuan untuk memulai usaha mandiri.
Wajah Baru Kampung Kajang
Kampung Kajang kini tak lagi dikenal sebagai wilayah lokalisasi. Upaya-upaya pemerintah melalui sosialisasi dan pendekatan komunitas cukup membuahkan hasil. Semua dilakukan untuk kembali membangun wajah dan identitas kampung mereka yang selama ini dicap negatif.
Hadirnya program-program yang positif ini memang bertujuan untuk mengubah persepsi masyarakat dalam dan luar daerah untuk memandang Kampung Kajang Sangatta dengan lebih positif.