Rimbanusa.id – Tensi geopolitik atas invasi Rusia terhadap Ukraina disaat pandemi COVID-19 belum ada tanda berakhir membuat negara-negara di berbagai belahan dunia sulit membangkitkan ekonomi.
Menurut penjelasan Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, konflik Rusia-Ukraina ini menimbulkan spill over atau rambatan terhadap perekonomian, sehingga pemulihan ekonomi menjadi rapuh.
“Terjadinya disrupsi supply dan juga dari sisi kenaikan harga-harga komoditas, karena tantangannya bergerak berubah,” jelas Sri Mulyani dikutip dari instagram pribadinya, Rabu (12/5/2022).
Dalam meredam gejolak yang ada dan demi melindungi masyarakat, pemerintah menggelontorkan anggaran Rp 455,62 triliun dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun ini.
Anggaran belanja PEN yang berasal dari APBN tersebut, kata Sri Mulyani digunakan sebagai bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat dan sebagai bantalan subsidi. Tujuannya, untuk mengurangi shock yang begitu dahsyat yang berasal dari faktor eksternal.
“Implikasinya nanti postur APBN-nya berubah, semua negara menghadapi tantangan yang sangat pelik, semuanya merasakan tekanan yang sama,” tutur Sri Mulyani.
“Recover together, recover stronger itu tidak hanya slogan, itu juga menjadi tekad kita bersama di Indonesia maupun pada negara-negara G20 maupun dunia. Karena ini akan bisa menolong kita, menolong Indonesia, menolong masyarakat kita,” kata Sri Mulyani melanjutkan.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I-2022 yang tumbuh 5,1% (year on year/yoy), sepatutnya untuk disyukuri, namun tetap harus waspada.
“Konsumsi masyarakat dan investasi ikut meningkat dan diharapkan mampu kita jaga bahkan terus diakselerasi. Tentu hal ini patut kita syukuri, namun kita masih tetap perlu waspada karena tantangan kian bertambah dan berubah semakin pelik,” tuturnya.
Dengan meningkatnya penerimaan negara sebagai akibat dari kenaikan harga komoditas, maka postur APBN, kata Sri Mulyani perlu dilihat kembali.
Sementara, di sisi lain, APBN tidak dapat terus bekerja sendiri. Untuk mencapai pertumbuhan seperti yang kita harapkan, sektor swasta dan BUMN juga terus didorong untuk berpartisipasi dalam memulihkan perekonomian.
“Sehingga, APBN dapat diprioritaskan untuk menjalankan fungsinya dalam menjaga daya beli masyarakat,” ujarnya.
“Di dalam situasi yang sulit dibutuhkan sinergi dan solidaritas yang lebih kuat untuk bangkit dan pulih. Indonesia dalam forum G20 maupun dunia akan selalu mengusung kebersamaan, perdamaian, dan persatuan, karena ini yang akan bisa menolong dunia, menolong Indonesia, dan menolong masyarakat kita,” ujarnya lagi.
Sumber: CNBC Indonesia
Editor: Faizah