Investor Asal China Tertarik Gantikan Air Products untuk Proyek Hilirisasi Batu Bara

Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). (Sumber: Bloomberg/Dimas Ardian)

Rimbanusa.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bahkan mengungkapkan sudah ada perusahaan asal China yang tertarik untuk berinvestasi di proyek hilirisasi batu bara di Indonesia.

Perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS) Air Products and Chemicals Inc telah menyatakan mundur dari proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) maupun metanol di Indonesia.

Namun demikian, mundurnya perusahaan AS tersebut tidak menyurutkan Pemerintah Indonesia untuk terus menjalankan kebijakan hilirisasi batu bara di Tanah Air. Pemerintah pun membuka diri terhadap calon investor manapun yang tertarik untuk berinvestasi di proyek hilirisasi batu bara RI, termasuk investor asal China.

Perusahaan China yang dimaksud yaitu Sedin Engineering Company Ltd yang bergerak di sektor konstruksi dan petrokimia.

Plh Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Idris Sihite menyatakan sudah ada perusahaan asal China yang melakukan presentasi untuk melanjutkan proyek DME ini, khususnya proyek DME bersama dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC), anak usaha dari PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Dia menyebut, investor China tersebut yaitu Sedin Engineering Company Ltd.

“Presentasi dengan beberapa perusahaan (bukan hanya KPC). Ini bukan kita yang mengundang ya, mereka paparan dalam perusahaan itu yang saya tau, silahkan saja mereka B to B,” ungkap Idris Sihite saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (16/3/2023).

Idris menegaskan, selain Air Products banyak perusahaan lain yang juga bisa mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi DME. Hanya saja, sejauh ini wawasan Indonesia belum terlalu luas.

“Tidak hanya Air Products yang bisa DME, kita juga ada beberapa yang mampu. China mampu,” ucapnya.

Di sisi lain, Idris Sihite membeberkan alasan mundurnya Air Products karena perusahaan tersebut akan fokus pada pengembangan blue hydrogen atau hidrogen biru.

“Kan kemarin mereka (Air Products) minta mundur bukan karena apa, mereka lebih milih, dari suratnya ya, ke arah yang lain, blue hydrogen,” ungkapnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan juga turut merespons mundurnya Air Products dari proyek hilirisasi batu bara RI.

Luhut bilang, saat ini pemerintah tengah melakukan pembahasan penting mengenai kelanjutan program hilirisasi batu bara RI.

“Saya rasa masih harus ada beberapa (pembahasan) teknis yang harus diselesaikan. Kita lihat lagi nanti (terkait penggantinya),” ujar Luhut ditemui di Jakarta, Selasa (14/3/2023).

Seperti diketahui, Air Products mundur dari dua proyek hilirisasi batu bara di Indonesia. Pertama, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, bersama dengan konsorsium PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

Kedua, proyek hihlirisasi batu bara menjadi metanol di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Perusahaan AS ini bekerja sama dengan PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK). Adapun sumber batu baranya berasal dari PT KPC dan PT Arutmin Indonesia, Bakrie Group.

Kedua proyek hilirisasi batu bara tersebut masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN), sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (PSN). (Sumber: cnbcindonesia.com/Firda Dwi Muliawati)

Editor: Fuad