RIMBANUSA.ID – Siapa yang tak mengenal Rendang? Sajian rendang khas Minangkabau atau Sumatera Barat terbuat dari olahan daging, bumbu rempah, cabai, dan santan kental.
Makna rendang di Minangkabau atau Minang berarti olahan daging yang sudah kering. Namun beranjak ke luar Sumatera Barat, terdapat kesalahpahaman pengertian rendang yang umum terjadi.
Rendang di luar Sumatera Barat berarti olahan daging menggunakan santan pekat yang masih berwarna coklat dan berminyak. Kondisi daging seperti itu di Sumatera Barat disebut sebagai kalio.
Koki berdarah Minangkabau, Adzan Budiman, mengatakan bahwa memang ada salah kaprah antara orang Minang dan orang di luar Sumatera Barat, khususnya di Pulau Jawa dalam memaknai sajian rendang.
Ia menjelaskan proses pembuatan rendang berangkat dari sajian gulai yang masih berwarna kekuningan.
Setelah itu gulai terus dimasak dan diaduk hingga kuah mulai mengental dan berwarna kecoklatan.
Pada kondisi ini minyak yang ada dalam santan gulai akan menggenangi masakan, ini disebut dengan kalio.
Kemudian kalio kembali dimasak dan diaduk hingga dedak rendang mulai terlihat kering dan tidak ada lagi minyak yang menggenangi masakan.
Hasil masakan setelah kalio ini berwarna hitam pekat dan teksturnya kering, keadaan seperti ini barulah disebut dengan rendang.
“Kalio itu setengah jadi rendang dan masih basah, beda dengan rendang yang kering,” kata Adzan saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Adzan mengatakan, perbedaan makna rendang bagi orang Minang dan orang di Pulau Jawa sangat terasa saat ia mendatangi salah satu warung nasi yang menyediakan rendang. “Saya dulu pernah makan di daerah Pulau Jawa, pesen rendang, tapi yang datang malah kalio,” katanya. Meskipun proses dan rempah yang digunakan sama, namun rendang dan kalio tetap memiliki makna berbeda bagi orang Minang. (*)
Sumber : kompas.com
Editor : Fatimah M.