PLN Jawab Tantangan Transisi Energi Hijau dengan Produksi Green Hydrogen Pertama di Indonesia

Launching green hydrogen plant di PLTGU PLN Muara Karang, Pluit Jakarta Utara, Senin (9/10). (Foto: Akbar Maulana/Kumparan)

Rimbanusa.id – Green Hydrogen Plant (GHP) merupakan langkah nyata yang dikembangkan oleh PT PLN (Persero) untuk mendukung upaya pengembangan energi bersih di Indonesia.

PT PLN memproduksi green hydrogen plant melalui Green Hydrogen Plant (GHP) pertama di Indonesia, yang berlokasi di kawasan pembangkit listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Jakarta.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan kapasitas plant tersebut dapat menghasilkan 51 ton green hidrogen dalam setahun. Peresmian GHP pertama di Indonesia merupakan buah upaya PLN dalam mendukung cita-cita pemerintah melakukan transisi energi. Ke depan, green hydrogen akan menjadi energi alternatif.

“Hari ini menjadi bukti, we walk the talk bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Ke depan GHP yang ada ini akan kami kembangkan di pembangkit-pembangkit kami, khususnya yang sejenis, sehingga produksinya bisa semakin besar,” ucap Darmawan.

Darmawan menerangkan, produksi green hidrogen dalam setahun bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan setara dengan 147 mobil dengan jarak tempuh 100 km perhari.

Sebanyak 51 ton green hidrogen tersebut hanya dihasilkan dari 1 pembangkit listrik PLN. Dermawan mengatakan masih ada 15 pembangkit listrik PLN yang bisa dimanfaatkan untuk memproduksi green hidrogen agar pasokan green hidrogen cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar ramah lingkungan.

“Ada 51 ton per tahun, ternyata yang dipakai untuk cooling system itu hanya 8 ton. Artinya ada 43 ton, itu sudah mendekati 15 ribu km mobil hidrogen yang bisa pakai produk dari green hidrogen ini,” pungkasnya.

Pengurangan emisi jika dibandingkan dengan penggunaan BBM dalam satu tahun bisa mencapai 1,4 juta ton emisi CO2 per tahun. Sedangkan jika menggunakan hidrogen, emisinya akan berkurang signifikan hingga menjadi 0 emisi karbon per tahun.

Darmawan menambahkan GHP merupakan inovasi yang dikembangkan oleh PLN Nusantara Power (NP) untuk menjawab tantangan transisi energi dengan memaksimalkan aset yang ada. Inovasi akan terus dilakukan untuk menghasilkan nilai tambah bagi negara dan perusahaan.

“Kami melihat potensi hydrogen plant yang bisa menghasilkan green hydrogen yang mampu memberikan nilai tambah dan prospek pengembangan bisnis ke depan,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan kehadiran GHP menjadi sebuah inisiasi yang baik untuk mendukung upaya pengembangan energi bersih di Indonesia. Langkah ini menjadi tahap awal dan perlu untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas dengan membangun infrastruktu green hidrogen di Indonesia.

“Hari ini Indonesia masuk ke era produksi green hidrogen. Itu yang paling penting. Kami sangat sambut baik, karena hidrogen satu hal penting utamanya green hidrogen adalah bahan bakar baru yang penting,” terang Yudo.

Yudo menjelaskan green hidrogen merupakan jawaban dari tantangan transisi energi global. Karena penggunaan green hidrogen sebagai bahan bakar alternatif akan dibutuhkan oleh banyak industri di masa mendatang

Green Hidrogen, menurut Yudo, dapat memasok kebutuhan nasional seperti pada kilang-kilang minyak milih Pertamina. Selain itu potensi pasar ekspornya juga sangat terbuka.

“Negara tetangga sekarang juga sangat butuh green energi, Singapura contohnya sudah berkali-kali suarakan ingin dapat green hidrogen dari Indonesia,” kata Yudo. (Sumber: kumparanBisnis/Moh Fajri)

Editor: Bintang