Rimbanusa.id – Indonesia merupakan bagian dari jalur cincin api yang menyebabkan negara ini memiliki banyak gunung api vulkanis yang masih berstatus aktif sampai saat ini. sehingga, risiko adanya erupsi (letusan) dari gunung berapi bisa saja terjadi.
berdasarkan tingkat kedahsyatan letusan dan tinggi tiang asap, berikut enam jenis letusan (erupsi) gunung api :
1. Tipe Hawaiian
Umumnya berupa semburan lava pijar seperti air mancur dan pada saat bersamaan diikuti leleran lava pada celah-celah gunung berapi atau kepundan. Semburan ini bisa berlangsung selama berjam-berjam hingga berhari-hari. Karena sangat cair, semburan lava ini bisa mengalir berkilometer-kilometer jauhnya dari puncak gunung.
Erupsi tipe Hawaiian merujuk pada Gunung Berapi Kilauea yang terkenal akan semburan lavanya yang spektakuler. Dua contoh erupsi jenis ini adalah letusan kawah Kilauea Iki di puncak Gunung Kilauea (1959) dan letusan Maula Ulu pada 1969-1974.
2. Tipe Merapi
Letupan tipe ini diambil dari letusan gunung Merapi. Tipe letusan ini biasanya terjadi pada gunung api tipe andesit yang berbentuk kerucut. Fragmen-fragmen guguran lava terbentuk ketika kubah lava tidak stabil pada gunung api.
3. Tipe Strombolian
Wujudnya hampir sama dengan Hawaiian, berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
Nama Strombolian diadopsi dari letusan gunung berapi Stromboli di Italia.
Beberapa letusan gunung berapi di Indonesia, seperti Gunung Raung di Bali dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dapat dikategorikan sebagai tipe Strombolian yang mengeluarkan lava yang cair tipis, tekanan gas yang sedang, material padat, gas, serta cairan.
Letusan tipe ini tidak terlalu kuat, tetapi bersifat terus menerus, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, serta tak dapat diperkirakan kapan berakhir.
4. Tipe Vulkanian
adalah erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit, umumnya melontarkan bongkahan di sekitar kawah. Material yang dilontarkan tidak hanya berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.
Letusan tipe ini dicetuskan Guiseppe Mercalli yang menyaksikan letupan di Pulau Vulcano, sebelah utara Italia, tahun 1888-1890. Letusan ini diawali dengan letusan freatomagmatik yang menghasilkan suara dentuman yang sangat keras. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara magma dan air di bawah permukaan.
Material yang dihasilkan oleh letusan tipe Vulcanian lebih luas dibandingkan letusan tipe Hawaiian dan Strombolian. Letusan tipe Vulcanian pernah terjadi pada gunung api Guego (Guatemala, 1944), Augustine (Alaska, 1976), Sakurajima (Jepang, 1985).
5. Tipe Pelean
Letusan tipe ini dinamai sesuai dengan letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique, kawasan Karibia, tahun 1902. Jenis erupsi ini menyerupai letusan Vulkanian, hanya saja terdapat campuran gabungan lava dan tingkat gas yang tinggi. Saat erupsi, lava tersebut cenderung encer dan mengalir dengan kecepatan tinggi sehingga sangat membahayakan.
Beberapa contoh letusan tipe Pelean adalah gunung Hibok-Hibok (1948-1951)
6. Tipe Pilian
merupakan letusan paling eksplosif. Material yang dilontarkan bisa berupa gas dan abu setingi 50 kilometer dengan kecepatan beberapa ratus meter per detik. Biasanya erupsi tipe Plinian berwujud seperti jamur. Letusan jenis ini dinamai sesuai dengan sejarawan Romawi, Pliny, yang mencatat sejarah meletusnya Gunung Vesuvius pada tahun 79 Sesudah Masehi.
Letusan tipe Plinian bisa menghilangkan seluruh puncak gunung, seperti yang terjadi pada Gunung St Helens pada 1980. Namun, durasinya cukup singkat, kurang dari sehari atau beberapa hari. Beberapa gunung berapi yang mempunyai karakteristik letusan tipe Planian yaitu Krakatau (Indonesia, 1883) dan Tambora (Indonesia, 1815).
Sumber : BBC Indonesia
Editor : Faizah