Rimbanusa.id – Harga batu bara sedang menjalani tren positif. Dalam sebulan terakhir, harga komoditas ini ‘terbang’ sebesar 58,68% secara point-to-point.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di angka US$ 305,45/ton. angka ini melesat 21,45% sekaligus menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak tahun 2008. kenaikan harga ini disinyalir didorong oleh konflik di Eropa.
Prospek peningkatan permintaan akan menjadi penopang kenaikan harga batu bara. Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan pasokan gas alam di Eropa terancam.
Negeri Beruang Merah adalah pemasok sekitar 35% kebutuhan gas di Benua Biru. Perang, plus berbagai sanksi bagi Rusia, akan membuat pasokan itu terancam seret.
Oleh karena itu, batu bara akan kembali dilirik sebagai sumber energi primer pengganti gas alam. Jerman sudah membuka wacana soal ini.
Untuk mengurangi ketergantungan terhadap gas alam dari Rusia, pemerintah Jerman berencana memperpanjang ‘masa bakti’ pembangkit listrik bertenaga batu bara. Sebelumnya, Negeri Panser punya rencana untuk mempensiunkan pembangkit listrik batu bara pada 2030.
“Perkembangan dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kepada kita semua bahwa kebijakan energi bukan hanya soal ekonomi dan lingkungan. Melainkan juga keamanan. Kita harus mengubah ketergantungan kita terhadap impor energi dari satu negara,” tegas Olaf Scholz, Kanselir Jerman, seperti dikutip dari Reuters.
Robert Hebeck. Menteri Ekonomi Jerman, menyatakan pemerintah mempertimbangkan untuk memperpanjang penggunaan pembangkit listrik bertenaga batu bara lebih lama dari target pensiun pada 2030. “Diskusi dan deliberasi bukanlah hal yang tabu. Tujuan Jerman adalah memilih negara yang akan memasok sumber energi,” sebut Hebeck, juga diberitakan Reuters.
Penulis : CNBC Indonesia
Edtor : Faizah