Rimbanusa.id – Nilai tukar dolar AS pagi ini kembali mengalami penguatan hingga mendekati level Rp 15.500. Hal ini tentunya membuat nilai tukar rupiah semakin melemah.
Berdasarkan data RTI, Selasa (19/9), dolar AS pagi ini tercatat menguat 35 poin atau naik 0,23% ke level Rp 15.407. Dolar AS berada pada level tertingginya pada Rp 15.409 dan terendahnya pada Rp 15.320.
Dolar AS memang tampil mendominasi dan menguat terhadap mayoritas mata uang dunia. Penguatan paling besar terhadap dolar Taiwan, yuan China hingga euro. Namun melemah terhadap yen Jepang.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai terkait situasi mata uang rupiah yang akhir-akhir ini dalam kondisi melemah, disebabkan adanya tekanan eksternal khususnya di Amerika Serikat (AS).
“Peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada September 2023 (sampai 20 September 2023) secara point-to-point melemah sebesar 0,98% dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023,” ungkap Perry, Kamis (21/9).
Penyebab utama pelemahan rupiah adalah ketidakpastian pasar keuangan global, dipicu oleh arah kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS). Apalagi Bank Sentral AS Federal Reverse (The Fed) diproyeksi masih akan menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi sampai akhir tahun.
Perry menyampaikan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, Fed Fund Rate yang naik pada bulan November, serta inflasi yang turun dengan lambat menjadikan dolar sangat kuat.
Meski demikian, Perry mengungkapkan dari awal tahun atau year to date (ytd), Rupiah masih menguat 1,22%. Rupiah disebut masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang India, Filipina, Thailand.
Dia merinci, Rupee melemah 0,42 persen, Peso melemah 1,92 persen, dan Baht melemah 4,03 persen. Ke depan, BI memproyeksi stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
BI juga terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas, meningkatkan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA), melanjutkan penerbitan SRBI, serta mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. Sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.
“Fokusnya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Bagaimana menstabilkan nilai tukar rupiah? Suku bunganya stay, kita melakukan intervensi, dan inovasi dalam bagaimana kami melakukan operasi moneter,” kata Perry. (Sumber: detikFinance/Anisa Indraini)
Editor: Bintang