Rimbanusa.id – Ijen Geopark akhirnya secara resmi menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark (UGG). Hal ini dikukuhkan dalam konferensi internasional ke 10-UGG yang dilaksanakan di Habous Cultural Complex, Marrakesh, Maroko, Sabtu (9/9) waktu setempat.
UNESCO atau United Nations Educational Scientific and Cultural Organization merupakan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, hadir langsung dalam konferensi prestisius tersebut.
“Pengukuhan Ijen Geopark sebagai bagian dari jaringan global geopark dari UNESCO ini bukan akhir, tapi justru awal dari upaya Banyuwangi untuk bisa membawa potensi daerah ke level internasional,” ungkapnya.
Piagam penetapan Ijen Geopark sebagai Global Geopark Network tersebut diserahkan langsung oleh Presiden Global Geopark Network Nickolos Zourous.
Pengukuhan berlangsung khidmat meski harus berpindah tempat karena terjadi gempa bumi berskala 6,8 magnitudo yang melanda Maroko.
“Kami turut berduka cita atas musibah ini. Semoga warga Maroko diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapinya,” ucap Ipuk.
Menurut Ipuk, dengan bergabungnya Ijen Geopark ke jaringan global geopark akan meningkatkan perhatian publik internasional ke Ijen Geopark. Apalagi, forum tersebut dihadiri lebih dari 1.200 ilmuwan dan pegiat geopark dari 50 negara.
Ipuk mengatakan ketika sebuah geopark masuk dalam jaringan geopark dunia, maka akan diikuti dengan perhatian internasional dan kenaikan kunjungan. Dia berharap hal ini bisa turu menggerakkan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan tentu saja menjaga keberlanjutan lingkungan serta budaya lokal.
Geopark Ijen merupakan taman bumi yang memiliki keunikan bentang alam dan kekayaan budaya. Selain itu, di dalamnya terdapat semangat mewujudkan wisata berkelanjutan (sustainable tourism). Geopark Ijen terbentang di seluruh wilayah kabupaten, yang secara spesifik ada di Gunung Ijen, Pantai Pulau Merah, Taman Nasional Alas Purwo. Lengkap dengan beragam kekayaan geosite, biosite, dan culturalsite-nya.
Ipuk menambahkan, Banyuwangi dalam 10 tahun terakhir telah merintis upaya yang selaras dengan konsep pengembangan geopark global yang menekankan pada upaya konservasi.
“Yang mengajak masyarakat berperan serta melindungi dan meningkatkan fungsi potensi alam untuk pembangunan ekonomi lokal,” terang Ipuk.
Misalnya saja Banyuwangi banyak mengemas event sportourism seperti Ijen Green Run, balap sepeda Internasional Tour De Ijen, dan lainnya yang menyajikan alam yang asli dengan oksigen berlimpah.
Pengembangan pariwisata di Banyuwangi sendiri, sambung Ipuk juga mendorong keterlibatan masyarakat secara luas. Hal ini terutama di berbagai event pelestarian budaya seperti Tumpeng Sewu, Seblang, dan Ngopi Sepulu Ewu. Semuanya terdapat keterlibatan aktif warga dalam pelaksanaannya.
Tak hanya itu, Banyuwangi juga melarang hotel dibangun di sekitar Ijen dan tempat-tempat wisata lainnnya, agar masyarakat sekitar bisa membuka home stay untuk pengembangan ekonomi. (Sumber: Kompas.com/Rizki Alfian Restiawan)
Editor: Bintang