Rimbanusa.id – Kebakaran hutan dahsyat melanda Pulau Maui Hawaii, Amerika Serikat memakan jumlah korban 101 jiwa tewas hingga Rabu (16/8).
Hal itu diungkap oleh Gubernur Negara Bagian Hawaii, Josh Green, pada Selasa (15/8).
“101 nyawa telah melayang,” kata Gubernur Green, dikutip daro AFP.
Josh Green mengatakan saat ini jaksa agung negara bagian telah ditugaskan untuk melakukan penyelidikan menyusul banyaknya kematian dan warga yang belum ditemukan.
Jumlah kerugian akibat kebakaran ditaksir hingga mencapai USD 5,5 miliar (Rp 84 triliun) dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.
Dengan jumlah korban tewas itu, kebakaran hutan Maui menjadi bencana alam kebakaran paling mematikan. Sebelumnya terjadi bencana alam paling mematikan di negara bagian itu pada tahun 1960, saat tsunami menewaskan 61 orang.
Kebakaran hutan yang berkobar sejak pekan lalu menyulut kemarahan di antara masyarakat setempat. Pasalnya, meski api sudah sedemikian berkobar dan melahap banyak area, 80 sirene peringatan di Kota Maui tak ada yang berbunyi. Padahal Hawaii merupakan wilayah dengan sistem peringatan sirene terbesar di dunia.
Banyaknya korban berjatuhan juga menimbulkan pertanyaan besar di masyarakat terkait seberapa matang persiapan pemerintah Laihana untuk mengantisipasi terjadinya bencana?.
Administrasi Layanan Darurat Hawaii (Hawaii Emergency Services Administration) Herman Andaya pada Rabu (11/8) menuturkan bahwa sirene tidak diaktifkan di Maui saat insiden kebakaran hutan tersebut terjadi.
Menurut Andaya, sirene paling utama digunakan untuk peringatan potensi tsunami yang mendekati wilayah itu. Dia menilai jika sirine dibunyikan, masyarakat banyak yang pergi ke lereng gunung, di mana situasi justru sangat buruk di sana.
Andaya menambahkan, protokol untuk kebakaran saat ini adalah mengirimkan pemberitahuan melalui melalui perangkat seluler, radio, dan televisi, serta sistem peringatan bagi warga yang terdaftar.
“Ini adalah cara kami yang paling efektif untuk menyampaikan pesan darurat kepada publik selama kebakaran hutan,” ucapnya.
Namun pada faktanya kobaran api menjalar dengan cepat melalui semak belukar ke area pemukiman warga sehingga mengacaukan jaringan komunikasi.
Saat ditanya mengenai sirene, Green mengatakan bahwa “sirene ini telah menua selama beberapa dekade”.
Sejak pekan lalu, kebakaran telah melanda Kota Maui, Hawaii, hingga merusak ribuan bangunan dan banyak korban yang belum ditemukan.
Kebakaran ini bermula dari semak yang terbakar di distrik Kula, Kota Maui, pada 8 Agustus malam. Kebakaran itu akibat kekeringan lahan parah hingga mencapai suhu ekstrem dan menimbulkan kobaran api yang menjalar dengan cepat ke kota-kota lain sampai Lahaina.
Kendati demikian, Elizabeth Pickett, Direktur Eksekutif Organisasi Penanggulangan Kebakaran Hutan Hawaii (Hawaii Wildfire Management Organization), mengatakan bahwa tragedi itu dapat diantisipasi.
Elizabeth menyampaikan bahwa laporan yang turut ditulisnya hampir satu dekade lalu telah mengidentifikasikan peningkatan resiko kebakaran hutan di Maui, dengan Lahaina berada di wilayah dalam resiko ekstrem.
“Lebih banyak hal yang seharusnya dapat dilakukan untuk mencegah atau meringankan bencana tersebut,” imbuh Elizabeth. (Sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Bintang