Rimbanusa.id – intermittent Fasting (IF) saat ini menjadi salah satu tren kesehatan dan kebugaran paling populer di dunia. Orang-orang menggunakannya untuk menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan mereka dan menyederhanakan gaya hidup mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa itu dapat memiliki efek yang kuat pada tubuh dan otak Anda dan bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.
Namun, dalam praktiknya, masih banyak orang melakukan kesalahan diet intermittent fasting yang membuat hasilnya jadi tak maksimal. Banyak orang menjalani pola diet ini untuk menurunkan berat badan hingga meningkatkan kesehatan secara menyeluruh. Banyak penelitian menemukan bahwa diet ini memberikan dampak positif pada tubuh dan memperpanjang angka harapan hidup.
Diet intermittent fasting adalah pola makan yang terbagi ke dalam dua periode, yakni puasa dan makan. Diet ini tak menentukan makanan apa saja yang harus dikonsumsi, melainkan kapan seseorang harus makan.
Metode puasa ini melibatkan puasa selama 16 jam setiap hari atau puasa selama 24 jam yang dilakukan dua kali dalam sepekan.
Kesalahan Diet Intermittent Fasting
Namun, ahli gizi Mia Holm mengatakan bahwa pada praktiknya, masih banyak orang yang membuat kesalahan saat melakoni pola puasa intermiten. Ia juga menegaskan bahwa puasa tersebut tak bisa dilakukan oleh semua orang. Berikut beberapa kesalahan diet intermittent fasting menurut ahli yang perlu diketahui, mengutip South China Morning Post.
1. Konsumsi makanan tidak sehat saat periode makan
Banyak orang yang kalap setelah berpuasa selama 16 jam. Akibatnya, alih-alih mengonsumsi makanan sehat, mereka justru memilih makanan tinggi kalori untuk dikonsumsi. Padahal, kebiasaan tersebut bisa membatalkan manfaat kesehatan yang diberikan diet intermittent fasting untuk tubuh. “Penting bagi Anda untuk konsumsi makanan sehat selama periode makan,” ujar Holm.
2. Makan terlalu sedikit
Pola makan ini tidak membatasi jumlah kalori yang dikonsumsi. Namun, lebih kepada membatasi waktu makan. “Makan terlalu sedikit atau kurang dari 1.200 kalori per hari selama periode makan hanya akan menimbulkan penurunan massa otot dan memperlambat metabolisme,” kata Holm memperingatkan.
3. Konsumsi minuman berkalori saat berpuasa
Puasa intermiten memperbolehkan Anda untuk tetap mendapatkan asupan cairan selama periode puasa. Namun, tidak dengan minuman berkalori seperti susu atau kopi dengan gula, termasuk juga air kelapa.
“Yang terbaik adalah hanya minum air putih,” ujar Holm. Untuk mengisi elektrolit tubuh, Anda bisa menambahkan sedikit garam ke dalam air minum.
4. Kurang minum air putih
Di awal puasa, saat tubuh membakar glikogen, Anda sebenarnya akan melepaskan air ke dalam aliran darah.
Namun, setelah simpanan glikogen habis, tubuh tidak akan memiliki simpanan karbohidrat dan air untuk digunakan kembali. Dengan demikian, hidrasi ekstra sangatlah penting dalam puasa intermiten.
5. Makan malam terlalu larut
Bagian satu ini berhubungan dengan ritme sirkadian. Tubuh dirancang untuk makan di siang hari dan beristirahat setelah matahari terbenam. Makan terlalu larut akan mengganggu ritme sirkadian dan mengganggu siklus tidur. “Penelitian menunjukkan bahwa makan terlalu larut akan meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan obesitas,” ujar Holm.
6. Olahraga berat saat puasa
Tak apa-apa jika ingin melakukan olahraga ringan selama periode puasa. Namun, olahraga dengan intensitas tinggi yang dibarengi dengan pembatasan asupan kalori hanya akan menimbulkan terlalu banyak tekanan pada tubuh.
7. Puasa sepekan sebelum haid atau saat hamil
Holm mengatakan, puasa dalam waktu lama membuat tubuh stres. Kondisi tersebut akan meningkatkan produksi kortisol yang menjadi hormon stres. “Karena progesteron adalah prekursor kortisol, maka ketika kortisol meningkat, kadar progesteron menurun,” ujar Holm menjelaskan.
Perlu diketahui, satu pekan sebelum menstruasi adalah waktu di mana kadar progesteron mulai menurun. Melakukan puasa pada waktu ini hanya akan membuat kadar progesteron menurun lebih drastis. Wanita perlu tahu, kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan menstruasi tidak teratur dan timbulnya bercak pramenstruasi. Selain itu, wanita juga mungkin mengalami gangguan suasana hati, gangguan tidur, kecemasan, hingga depresi. (sumber: cnnindonesia.com/asr)
Editor : Fatimah M.