Rimbanusa.id – Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan tengah menghadapi ‘situasi eksistensial’ saat invasi ke Ukraina terus berlanjut. Para pejabat tinggi Moskow diperkirakan bisa saja melakukan kudeta terhadap Putin dan ‘berupaya melakukan tindakan sendiri’ jika Putin gagal memenangkan perang Ukraina.
Seperti dilansir media Inggris, Express.co.uk, Selasa (30/8/2022), hal itu disampaikan oleh pakar strategi perang Harry Kazianis dalam pernyataan kepada media Inggris, Express.co.uk. Kazianis tidak menyebut lebih lanjut sumber informasinya itu.
“Putin benar-benar berada dalam situasi eksistensial di mana dia harus berusaha memenangkan perang ini dalam waktu 60 hari ke depan,” sebut Kazianis.
“Jika dia tidak bisa melakukan itu, saya sungguh berpikir dia dalam masalah,” imbuhnya merujuk pada Putin.
Situasi itu, sebut Kazianis, akan sangat berbahaya, mengingat banyaknya jumlah senjata nuklir yang dimiliki oleh Rusia. Dia bahkan menyebut situasinya ‘jauh lebih besar dari Ukraina’.
“Saya pikir mungkin saja para jenderal Rusia atau para politikus Rusia yang dekat dengan para jenderal, bisa berupaya melakukan tindakan sendiri,” ucapnya.
“Dan saat itulah situasinya menjadi sangat berbahaya, mempertimbangkan bahwa Rusia memiliki senjata nuklir paling banyak di planet ini. Jadi, betapa berbahayanya situasi ini,” ujar Kazianis memperingatkan.
“Sejujurnya, ini jauh lebih besar dari Ukraina,” cetusnya.
Belum ada tanggapan resmi dari Rusia terhadap pernyataan Kazianis tersebut.
Pernyataan Kazianis itu disampaikan saat pasukan Rusia terus mengalami kerugian yang memalukan dalam invasinya ke Ukraina. Menurut perkiraan Kementerian Pertahanan Rusia, sebanyak 44.000 tentara Rusia tewas dalam pertempuran di Ukraina. Kiev juga mengklaim telah menghancurkan 1.800 tank Rusia.
Sementara menurut Kampanye Internasional untuk Melenyapkan Senjata Nuklir, Rusia memiliki sekitar 5.997 senjata nuklir, yang bisa diluncurkan dari rudal, kapal selam dan pesawat tempur.
Tahun 2021 lalu, Rusia menghabiskan dana sebesar US$ 8,6 miliar untuk membangun dan memelihara kekuatan nuklirnya. (Sumber: detik.com/Novi Christiastuti)
Editor: Ahmad Fuad Ghazali