Black Ivory, Luwak dan Kopi Kopi Mahal Lainnya

Ilustrasi Kopi. (Sumber: Pexels.com)

Rimbanusa.id – Berbicara tentang kopi mahal, tentu tidak asing dengan black ivory coffee. Kopi satu ini diekstraksi dari kotoran gajah. Melansir dari Teal Mango, kopi yang disebut black ivory coffee ini dibandrol dengan harga US$1.500 per pon atau sekitar Rp21,4 juta per 0,45 kilogram kopi.

Biji kopi diperoleh dari ekstraksi 2 ton kotoran gajah. Golden Triangle Asian Elephant Foundation pun hanya bisa memproduksi 200 kg biji kopi per tahun. Mungkin Anda sulit menikmati kopi ini karena asal-muasalnya. Namun percayalah, black ivory coffee memiliki rasa arabika yang kaya, full-body tetapi lembut. Kemudian mengutip dari Mashable, rasa pahit kopi terbilang berbeda dengan kopi lain, ditambah rasa pahit mirip dark chocolate.

Jika kita berangkat ke Thailand untuk menikmati Black Ivory Coffee secara Eksklusif, Indonesia punya biji kopi hasil ekstraksi kotoran luwak atau kopi luwak. Biasanya tiap kebun kopi mampu menghasilkan kopi luwak meski jumlahnya terbatas.

Untuk 0,45 kilogram biji kopi luwak dihargai US$100-US$200 per pon atau Rp1,4 juta-Rp2,8 juta per pon.

Moelyono Soesilo, Ketua Departemen Speciality & Industry Badan Pengurus Pusar Asosiasi Eksportir dan Insutri Kopi (BPP AEKI), menyebut kopi luwak sangat mahal berkat 3 faktor yakni, luwak hanya makan kopi dengan kondisi terbaik hari itu, dalam sehari luwak hanya akan 10-15 g biji kopi, dan petani harus mencari kotoran luwak yang sudah makan buah kopi matang. “Kita kenal istilah petik merah, tapi orang tidak tahu ini matang kemarin atau hari ini. Luwak, dengan instingnya, hanya makan kopi yang kondisinya paling baik hari itu,” ujar Moelyono.

selain 2 kopi tersebut, berikut kopi kopi termahal di dunia lainnya:

1. Panama Ironman Camilina Geisha

Kopi satu ini memiliki nama unik begitu pula citarasanya. Namun penikmat kopi harus mengeluarkan uang hingga US$100 per pon. Biasanya kopi memang memiliki citarasa khas seperti rasa buah, rasa rempah, atau rasa teh tertentu. Perlu latihan dan pengetahuan cukup untuk bisa mengenal rasa dan aroma yang diberikan kopi. Namun Panama Ironman Camilina Geisha mampu menawarkan rasa spesifik tanpa menuntut Anda untuk tahu banyak soal kopi, termasuk harga kopi termahal di dunia.

2. Finca El Injerto

Finca El Injerto diproduksi di Guatemala, sebuah tempat penghasil kopi terbesar di Amerika Latin. Kopi memiliki rasa unik termasuk rasa manis, buah dan cokelat. Jika berbelanja kopi di sini, Anda harus menyiapkan dana US$400-US$500 atau Rp5,7 juta-Rp7,1 juta per pon kopi.

Tidak heran kopi ini masuk dalam daftar kopi termahal di dunia.

3. Kopi Ospina

Kopi Ospina dijual dengan harga US$120 atau Rp1,7 juta per pon. Kopi dibudidayakan di Columbia, Amerika Selatan. Namun sebuah perusahaan keluarga membudidayakan kopi Ospina dan menjadikannya salah satu yang tertua dalam bisnis kopi. Kopi berasal dari varietas Arabica-Typica yang ditanam di bawah pohon perdu dengan tanah abu vulkanik. Petani baru bisa panen setelah pohon berusia 3-5 tahun. Kopi Ospina mampu memberikan rasa hangat dan citarasa kacang yang kuat. Kopi ini menjadi salah satu kopi termahal di dunia.

4. Kopi Molokai

Kopi Molokai merupakan jenis kopi robusta dengan aroma bunga, dengan citarasa blackberry dan cokelat. Dengan harga US$51 per pon atau sekitar Rp731 ribu, Anda akan mendapatkan kopi yang lembut dan memikat. Satu-satunya lokasi yang menguntungkan untuk budidaya kopi Molokai adalah Maui County di Hawaii. Biasanya kopi diolah dengan proses basah dan kering serta hanya diproduksi dalam jumlah kecil.

5. Saint Helena

Ethiopia menawarkan beragam kopi dengan aneka keunikan, salah satunya kopi Saint Helena. Saint Helena merupakan pulau vulkanik terpencil. Kopi Saint Helena diperoleh dari tanaman kopi varietas bourbon berujung hijau. Kopi termahal di dunia ini dibanderol US$145 per pon atau sekitar Rp2 juta. Harganya terbilang fantastis sebab produksinya bersifat sporadis. Namun dengan harga semahal ini, Anda akan mendapatkan kopi dengan aroma bunga halus dan memikat hidung sebelum Anda menyicipnya. (Sumber: cnnindonesia.com/els-chs)

Editor : Fatimah M